ONE BILLION RISING REVOLUTION
JOGJA 2016
Ironis, kampanye anti kekerasan terhadap perempuan justru mendapat kekerasan.
YOGYAKARTA – Sekitar 200 orang warga
Jogja hadir di Malioboro untuk mendukung kampanye One Billion Rising (OBR)
Revolution Jogja 2016. Sepanjang jalan Malioboro peserta menari bersama,
membagikan selebaran rujukan penanganan kekerasan dan menyerukan seruan OBR
tahun ini yakni “Dengar, Beraksi, Bangkit untuk Revolusi!”. Kampanye ini mendengungkan
suara para survivor kekerasan seksual yang selama ini tidak tersuarakan dan terpinggirkan
dalam mengakses keadilan. Acara yang berjalan tertib ini mendapat dukungan dari
pihak kepolisian dan para pengunjung Malioboro. Namun, seusai acara, sekelompok
orang yang mengaku sebagai panitia kegiatan GEMAR 2016 (Gerakan Menutup Aurat)
melakukan intimidasi kepada peserta acara OBR Jogja setelah Rally V-Dance, 14
Februari 2016, di kawasan Kilometer Nol.
“Saya bersolidaritas kepada semua perempuan yang mengalami kekerasan: buruh, guru, mahasiswa dan kelompok disabilitas yang rentan mendapat kekerasan ganda,“ seru Anggi, peserta dari kelompok disabilitas.
“Saya datang ke sini bersama ibu, anak perempuan, dan teman-teman perempuan saya. Saya tidak ingin mereka mendapatkan kekerasan. Kami tidak akan berhenti berkampanye dan beraksi hingga kekerasan berakhir,” terang Ika, perempuan peneliti yang tinggal di Bantul.
Acara berlangsung aman dan tertib hingga selesai pada pukul 16:44 WIB. Polisi turut mengawal acara berdasarkan pemberitahuan yang telah dilayangkan dua hari sebelumnya. Usai acara, peserta masih bertahan untuk membersihkan lokasi. Setelah pihak kepolisian sudah menarik diri, pukul 16.50, sekitar delapan orang yang memperkenalkan diri sebagai panitia GEMAR (Gerakan Menutup Aurat), #IndonesiaTanpaJIL, dan MIUMI mendatangi dan mengintimidasi beberapa peserta OBR Jogja.
Bentuk intimidasi yang diterima peserta
One Billion Rising Revolution Jogja 2016, di antaranya:
1. Perampasan
barang peserta.
Barang yang
diambil berupa pin bertulis “Say No to
Bullying”. Salah seorang pelaku mengatakan bahwa pin tersebut mengandung
simbol LGBT.
2. Pelanggaran
hak atas privasi.
Tiga orang
pelaku memaksa dan menarik tangan seorang peserta OBR untuk difoto wajahnya,
padahal yang bersangkutan telah menolak dengan tegas.
3. Pernyataan
yang mengandung SARA dan seksisme.
Peserta dicecar
pertanyaan tentang identitas agama dengan sikap intimidatif, dan pertanyaan lebih
banyak ditujukan pada peserta perempuan. Pelaku juga mencecar beberapa peserta
berjilbab, mempertanyakan mengapa perempuan tersebut bergabung dengan kampanye
OBR Jogja 2016.
4. Kekerasan
verbal berbasis ekspresi gender dan penampilan.
Peserta disoraki
dengan nada melecehkan dan merendahkan saat berjalan meninggalkan lokasi. Peserta
diteriaki dengan sebutan lesbian, tobat, dan kiamat. Banyak peserta perempuan juga
dicecar dengan menyebutkan agama dan dituduh lesbian. Tudingan gerakan liberal
juga disasarkan kepada acara OBR Jogja 2016.
Tim OBR Jogja meninggalkan lokasi yang sudah bersih pada
pukul 17.03. Setelah itu, lokasi yang sama digunakan oleh acara Gerakan Menutup
Aurat dan kampanye #IndonesiaTanpaJIL.
One Billion Rising Jogja menyayangkan sikap intoleran dan
intimidatif yang mencederai demokrasi sore hari itu di Malioboro. Sikap
tersebut jelas melukai nilai inklusivitas dan anti kekerasan yang diusung oleh
OBR Jogja. Kejadian ini juga menambah daftar tindak intoleransi di DI
Yogyakarta.
Oleh karena itu, OBR Jogja:
Oleh karena itu, OBR Jogja:
1.
Mendesak Negara sebagai pemangku kewajiban atas
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM dalam hal ini Pemda DIY dan
Pemkot Yogyakarta harus memastikan tegaknya hak sipil politik utamanya hak atas
rasa aman dan memastikan "Jogja City of Tolerance" tidak berhenti di
slogan semata;
2.
Berharap agar setiap warga DI Yogyakarta
menjaga dan menjunjung tinggi sikap toleransi antar warga negara.
Mari bersama-sama memperjuangkan Yogyakarta yang berhati
nyaman dan bebas dari segala bentuk kekerasan. Jogja Istimewa Tanpa Kekerasan,
Jogja Istimewa Tanpa Intimidasi.
Salam solidaritas!
One Billion Rising Jogja 2016
+62 838 6976 9026 (Ani)