ONE BILLION RISING REVOLUTION JOGJA 2016.
One Billion Rising Revolution Jogja 2016 – tahun keempat OBR Jogja konsisten mengajak semua orang turun ke jalan dan menari. OBR Jogja menyatakan bangkit serentak bersama lebih dari 200 negara, di Hari Minggu, 14 Februari 2016 ini untuk meningkatkan kesadaran dan aksi kolektif di seluruh dunia, serta memperkuat seruan perubahan sistemik dan SEGERA.
OBR Jogja mengangkat tema ‘Tubuhku, Revolusiku’ memungkinkan setiap orang dengan sikap politik individu nya bergabung menjadi sikap politik bersama-sama. Komitmen bersama untuk berjuang melawan segala bentuk penindasan terhadap perempuan dan kelompok marjinal lainnya terutama anak perempuan dan perempuan.
Mengapa Menari? Menari memungkinkan kita untuk kembali ke dalam tubuh kita sebagai individu, kelompok, dan dunia untuk memasuki energi revolusioner dan puitis, yang mengundang kita untuk mengambil tutup dari wadah patriarkal lalu melepaskannya. Menghubungkan lagi cinta pada diri kita, seksualitas kita, kasih sayang kita, dan sebuah kegairahan.
“Kurang lebih 100 risers akan bergabung di Rally V-dance, mulai dari anak, ibu, remaja, pekerja, laki-laki, mahasiswa, dosen, guru, teman-teman disabilatas dan siapapun yang sepakat melawan kekerasan terhadap perempuan juga akan bergabung menari,” imbuh Vania Sharleen, Koordinator Risers OBR Jogja 2016.
One Billion Rising (OBR) Jogja terus melakukan solidaritas nyata kepada survivor kekerasan sejak tahun 2013. Aktif melakukan kampanye dan advokasi untuk keadilan RW dalam kasus kekerasan seksual yang dilakukan penyair Sitok Srengenge, sepanjang keadilan RW belum ditegakkan OBR Jogja melakukan pemboikotan tersangka untuk pementasan di DIY. Selain itu OBR Jogja melakukan solidaritas ‘Tribute to Our Sisters’ untuk dua perempuan muda yang ditemukan meninggal/terbunuh sebagai korban kekerasan di Jogja. OBR Jogja juga melakukan advokasi pemberitaan media melalui kritik “Jogja Ilang Roso”. Dalam perjalanannya, OBR berusaha menghidupkan ruang kolektif untuk membangun kelompok dukungan sebagai salah satu pilar penanganan kekerasan terhadap perempuan, terutama kekerasan seksual.
Data internasional, nasional dan lokal tidak memungkinkan (lagi) setiap orang hanya DIAM saat ini. 1 dari 3 perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan pada relasi terdekatnya. Berdasarkan informasi Rifka Annisa, di daerah Gunungkidul misalnya, dalam rentang waktu 4 bulan, 16 anak diperkosa, 4 mengalami kekerasan keluarga dan 1 mengalami pelecehan seksual. Jumlah korban kekerasan perempuan dan anak yang ditangani oleh lembaga yang tergabung dalam Forum Perlindungan Korban Kekerasan DIY dan Kabupaten/Kota dari tahun 2013 hingga 2015 mencapai 1.433 orang.
“Jika di Indonesia, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sudah merilis data bahwa setiap dua jam terdapat tiga perempuan menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia.
Faktanya ada 35 perempuan Indonesia menjadi korban kekerasan seksual setiap harinya. Fakta ini menjadi alasan kuat kenapa OBR Jogja perlu bangkit dan beraksi, “ terang Ignatia Gloria, Koordinator Acara OBR 2016.
Erwiana Sulistianingsih, seorang buruh migran perempuan (pekerja rumah tangga) mengalami penganiayaan yang sadis hingga kondisi kritis di Hongkong, tahun 2014 turut bergabung di Rally V-Dance OBR Jogja. Perempuan yang dinobatkan sebagai satu dari seratus orang berpengaruh di dunia versi majalah Time itu menerangkan mendapatkan kekuatan dan dukungan OBR Hongkong hingga penangkapan dan putusan bahwa majikannya bersalah dan dihukum.
“Waktu itu sebanyak 5000 buruh migran di Hongkong turun di jalan untuk menuntut keadilan bagi saya. OBR juga membuat saya tahu bahwa Saya masih bisa kuat menghadapi semua ini. Saat ini saya tinggal di Jogja dan bergabung dengan gerakan One Billion Rising Jogja,” urai Erwiana yang saat ini menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Saat ini, sebanyak 281 buruh migran Indonesia terancam hukuman mati pada 20151.
Selain itu, OBR juga menuntut negara hadir dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan. Menurut catatan Komnas Perempuan pada tahun 2015, justru terdapat 365 kebijakan di tingkat nasional maupun daerah yang diskriminatif terhadap perempuan dengan basis moralitas dan agama.
Kami mengundang rekan-rekan wartawan untuk meliput Rally V-Dance OBR 2016 :
Hari/Tanggal :
Minggu 14 Februari 2016 (bertepatan dengan perayaan Hari Kebebasan Vagina/Vagina Day)
Waktu :
Pukul 15:00 wib – selesai.
Acara :
Parade menari dan fragmen bergerak yang diikuti sekitar 100 risers ini akan dimulai dari depan DPRD DIY – hingga acara puncak di KM.0, Malioboro. Acara di dukung aksi teatrikal dan ensemble dari Komunitas mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), juga aksi kontribusi dari komunitas drumband mahasiswa serta organisasi, kolektif & individu lainnya yang bergabung.
Kota-kota lain di Indonesia yang menyatakan turut untuk ikut bangkit diantaranya adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bali. Seruan Dengar! Beraksi! Bangkit Untuk Revolusi! tahun ini diangkat sebagai gambaran pentingnya untuk MENDENGAR suara-suara perempuan korban kekerasan yang tidak tersuarakan -- suara-suara anak perempuan dan perempuan yang dimarginalkan, pekerja seks, pengungsi, pekerja migran, transgender perempuan, dan korban perbudakan seksual dan eksploitasi – BERAKSI mengambil tindakan dan BANGKIT bersama-sama survivor mematahkan rantai kekerasan seksual serta kekerasan lainnya dan menyegerakan REVOLUSI!
*Note: disediakan oleh tim OBR Jogja lembar data kekerasan seksual di DIY.
Kontak dan informasi lebih lanjut ONE BILLION RISING JOGJA
Email : obrjogja@gmail.com | Twitter : @OBR_Jogja | Fanpage FB : One Billion Rising Jogja | IG : @OBR_Jogja | www.obr-indonesia.org | www.onebillionrising.org